Puisi kacau balau di tengah malam benar-benar mengusikku. Puisi itu nampak puitis, susunannya tak menarik. Yang mengetuk adalah kedalaman dibalik puisimu yang selalu dikirim tengah malam. Puisi itu mengilhami untuk merekat kata-kata yang kuanggap bernas. Daku bertanya, kegalauan apa yang menimpamu? Apakah daku andil didalamnya?
Sobat,
Kesederhanaan adalah mengupayakan keseimbangan hidup. Seimbang dalam ruhiyah (Spiritual), materi, kemanusiaan (Humanity), dan etika (moral). Jujur pada diri sendiri, mengakui kesalahan dan memperbaiki. Mengupayakan berarti rela terhadap hasil upaya. Sobat, berusahalah walau sekecil kau berbuat. Menanti-nanti permata itu menggelisahkan, memanjangkan angan. Daku sungguh bosan.
Sobat,
Masih juga kau medobel kata kesederhanaan. Kali ini daku akan mengulas konsep kesederhanaan cintaku. Bagiku cinta harus memiliki. Mungkin kau akan bilang naif. Karena sering kali orang melontar ’Cinta tak harus memiliki”. Sobat, daku tak sanggup mencinta tanpa memilikinya. Kau tahu, bila daku jatuh cinta dan yakin tak bisa memilikinya. Daku mengulang-ulang doa: ”Ya Allah, jangan biarkan aku jatuh cinta pada sesuatu yang tidak berhak dan tidak layak”.
Kenapa harus memiliki? Karena aku akan sangat terluka melihat orang yang kucinta menderita sedangkan daku tak bisa berbuat apa-apa, sementara daku tak punya hak. Bagaimana aku bisa menyentuh tangannya, menghapus air matanya. Perih, sakit, mengiris hatiku. Menurutku, kesiaan saja, mentautkan cinta yang bukan milik kita.
Kesederhanaan cinta adalah menerima apa adanya yang dibingkai ridha Ilahi. Tak kurang tak lebih. Tak menganggumi sehingga kecewa jika tak sesuai selera. Kesediaan mengarungi hidup dengan mutlak menerima ketidaksempurnaan. Sebab, yang disebut kesempurnaan hakiki adalah ketidaksempurnaan yang menembus segala keterbatasan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar